Minggu, 26 Juli 2009
Yukan Club
Pernah ga sih kita merasa bosen??? Ga ada kerjaan??? Pasti sering dong!!
Nah, itulah yang sering dialami para anggota Yukan club.. Ditambah lagi mereka juga populer,kaya, dan banyak waktu luang sehingga jadi cepet bosen... ^^ Waktu luang mereka yang berjibun itupun, mereka pake buat menyelidiki kasus2 aneh nan ajaib yang terjadi disekililing mereka, mule dari kasus kompetisi dansa, kasus cinta pertama noriko ampe kasus hantu juga ada!!
Anggotanya sendiri, tak lain tak bukan:
- Shocikubai Miroku (Jin Akanishi), anak dari ayah yang seorang komisaris polisi dan ibu yang suka keliling dunia.. Koneksinya yang luas (kebanyakan dikalangan yakuza, hehehehe), mempermudahnya dapet info buat penyelidikan Yukan Club.. Dia juga tipe orang yang gampang terharu saat denger cerita sedih.. ^^;
- Kikumasamune Seishirou (Yokoyama Yuu), si otak dari Yukan Club yang sering merancang ide dan taktik saat Yukan Club beraksi.. Dia juga calon pewaris rumah sakit ternama!!! Jago bela diri dan pinter, itu membuatnya jadi cowok yang ampir sempurna... Tapi sayangnya, dia punya ambisi yang setinggi langit, yang sewaktu-waktu bisa membuat persahabatannya ancur berantakan..
- Bidou Granmarier (Taguchi Junnosuke), si pirang bermata biru ini suka banget menjadi pusat perhatian dan tebar pesona diantara cewek2.. Kenarsisannya udah jadi trademarknya (suka mengedipkan mata, dan sebagainya.. Hahahahahaha).. Pembawaan dirinya rada melankolis, sehingga dia gak suka capek dan gak pinter bela diri seperti Miroku atopun Seishirou..
Kenbishi Yuuri (Minami), anak dari kolongmerat Kenbishi.. Setiap saat, yang dipikirkannya hanyalah makanan, makanan and makanan!!! Meski banyak makan, dia tetep aja kurus dan gerak-geriknya juga lincah.. Kelebihannya, pinter bela diri.. ^^ Nile peljarannya yang ancur2an, adalah salah satu kekurangannya...
- Hakushika Noriko (Kashii Yuu) Cewek ini sering panik pas didekatin ma cowok, lebih tepatnya dia phobia cowok... Meski begitu, bukan berarti dia lemah lo!! Saat panik dia mempunyai jurus andalan, yakni tamparannya yang super keras!!! Keluarganya yang merupakan keluarga tradisional jepang, menjadikan Noriko dengan kepribadian yang tenang.. Dia juga sering terlihat dengan kimononya.. ^^
- Kizakura Karen (Suzuki Emi), impiannya adalah nikah ma cowok kaya raya.. ^^ Dia juga mirip ma Bidou, karena suka banget jadi pusat perhatian.. Sering kali membandingkan jumlah surat cintanya dengan Noriko, yang hasilna selalu dibawah Noriko.. He3x.. Dialah yang paling perhatian terhadap shabt2nya di Yukan Club..
Setiap episode, kita bakal dihibur dan ketawa ma kekonyolan para anggota Yukan Club ato kadang terharu karena indahnya persahabatan mereka... ^^ Dorama ini mengajarkan kita, kalo persahabtan itu harus dijaga baek-baek dan indahnya kehidupan sekolah...
Aku ulas secara singkat cerita tiap episode :
Episode 1 : Kasus perjudian lomba dansa, dimana Miroku jatuh cinta kepada salah satu pesertanya.
Episode 2 : Kasus penculikan Yuuri dimana Yuuri sendiri yang merencanakannya yang mana nanti uang tebusannya digunakan untuk membantu para penculiknya.
Episode 3 : Kasus menyelamatkan seorang gadis dari pernikahan yang tidak diinginkannya dan mempertemukannya dengan orangtua kandungnya.
Episode 4 : Kasus untuk menyelamatkan Bido dari jebakan para pembunuh dan dari arwah nenek yang menyukai Bido karena mirip dengan mantan kekasihnya.
Episode 5 : Kasus mencegah pernikahan antara Yuuri dan Seishirou yang tidak diinginkan Yuuri.
Episode 6 : Kasus menyelamatkan cinta pertama Noriko dari kejaran polisi.
Episode 7 : Kasus menyelamatkan Pangeran yang dicintai Karen dari rencana pembunuhan.
Episode 8 : Kasus menggagalkan usaha seorang banci yang ingin merusak ulantahun perkawinan orang tua Miroku.
Episode 9 : Kasus mengungkapkan kebenaran tentang arwah gentayangan yang menghantui Yuuri dimana mereka harus beraksi layaknya gambler handal.
Episode 10 : Kasus terpanjang dan terumit sepanjang episode Yukan Club, mencari siapa dalang yang ingin menghancurkan Yukan Club dan sekolah mereka.
Jika kalian penasaran, tonton sendiri... Ga Bakalan nyesel deh.,.,.,
“Turning impossibilities to possibilities, that’s what Yukan Club!!!” Yeaaaa!!!!! Go Yukan Club!!!
Senin, 20 Juli 2009
Berpetualang ke Pulau Madura
Sekedar untuk mencoba jembatan Suramadu membawa kami berdua mengalami petualangan seru. Dari jauh sudah terlihat megahnya jembatan Suramadu. Kagum. Semakin dejat semakin terasa kemegahannya. Bentuk arsitektur jembatannya sangat bagus sekali. Lurus lalu pada bagian tengah mulai menanjak keatas lalu menurun dan lurus lagi. Adanya banyak kehilangan mur di jembatan ini tidak menghalangi niatku untuk melewatinya. Dengan tiket seharga 3.000 rupiah untuk sepeda motor kita bisa melewati jembatan. Mobil 30.000.
Berpetualang dengan temanku yang satu ini, Paul membuat lidah tak hentinya tertawa. Bayangkan selama di atas Suramadu dia menyapa orang-orang yang bekerja di bawah jembatan, “Pak lek, pak lek”, panggilnya. Orang-orang tersebut menanggapinya dengan melambaikan tangan. Tambah bikin ketawa lagi. Lantas aku bilang pada Paul, “Ojo ngisin-ngisini ta...”
“Jeh, orang Indonesia itu terkenal karena keramahannya, jadi kita harus menyapa dan tersenyum.” Jawab Paul.
“Iyo Ul, tapi suwe-suwe kon jadi gendeng.” Timpalku. Tapi aku setuju juga dengan pendapat Paul.
Saat jalan menurun. Mesin sepeda kami dimatikan untuk hemat-hemat bensin gitu. Pas jalan da lurus mesin dinyalakan lagi.
Sampailah kami di Pulau Madura.
Di ujung Madura masih belum sebagus di ujung Surabaya. Masih belum terpasang lampu-lampu jalan. Bayangkan bila malam hari, bakal gelap gulita. Kami mengendarai sepeda motor dengan pelan-pelan, menikmati pemandangan alam sekitar, ada banyak orang berjualan makanan. Sawah, kebun masih terhampar luas. Terus dan terus sampai kami menemukan persimpangan jalan bila ke kiri menuju Labang. Kami tetap terus sampai menemukan persimpangan yang kedua. Kami memutuskan belok ke kiri, terus dan terus lalu ada belokkan ke kanan kita terus lagi sampai ada pertigaan, bila ke kiri menuju Kamal, k’lo terus menuju Bangkalan. Kita mencoba ke kiri tapi ga berapa lama kita balik lagi cos terasa jauh dan yang terlihat cuma sawah. Akhirnya kita ke arah Bangkalan. Inilah kota Bangkalan, tidak terlalu mewah seperti Surabaya. Gaya arsitektur kota ini menurutku hampir sama seperti kota Jogja dan Malang, sederhana. Kita mencoba mensusuri jalan di kota Bangkalan. Sampai kita akhirnya menemukan sebuah Gereja Katolik keuskupan karmel Malang kalau tidak salah. Kita penasaraan, akhirnya kita putar balik untuk memasuki Gereja itu. Apesnya kita ga tau kalau di jalan itu dilarang putar balik dan Pak Polisi udah siap-siap nilang kita. Tapi untungnya Paul berlagak bego, jadi akhirnya ya ga jadi ditilang.Jadi karena udah terlanjur malu akhirnya kita ga jadi ke Gereja itu. Kita lanjutin jalan-jalannya. Muter-muter aja, pokoknya kotanya itu kecil, jadi kita selalu menemukan jalan yang sama. Kita juga sempat dimintai uang sama bocah SD, tapi karena wajah Paul kayak Setan kecebur Got, ya bocah SD itu malah takut. Ternyata tidak hanya kita yang dimintai, orang-orang di sekitar situ juga dimintai uang, ternyata di pengemis kawan. Kita lanjutkan perjalanan, sampai akhirnya kita menemukan Museum, tapi kok sepi banget saat kita mencoba masuk area museum, akhirnya dengan lagak kayak orang bego kita balik ga kadi ke museum, tapi karena orang-orang di museum itu melihat kita, kita dipanggil-panggil, eh Paulnya malah ketakutan, padahal udah kusuruh berhenti. Tapi ga selang berapa lama kita putuskan untuk balik ke Museum itu, dan memang sepi ternyata, kita pengunjung pertama di hari itu. Dikenakan biaya Rp 1000 untujk masuk. Ternyata orang madura tidak semenakutkan yang kita duga, ramah kok. Paul aja sampai terlibat pembicaraan seru tentang Sejarah Museum yang bernama Cakraningrat itu. Aku juga ga tau darimana ia dapat pengetahuan sejarah yang begitu mendetail, aku aja da lupa. Aku berkeliling, kecil museumnya. Ada miniatur rumah Madura, senjata khas Madura, peralatan Nelayan, Gamelan, perabotan kerajaan, foto-foto.
Paul disini hampir membikin masalah lagi. Tombak yang ga boleh di ambil malah diambil dari tempatnya lalu dimain-mainin dan teng..tang..tang...., ujung tombak itu terlepas, untun penjaga museumnya ga terlalu fokus jadi ga ketahuan. Setelah itu atas rekomendasi dari penjaga museum itu kita pergi ke Mercusuar. Cukup jauh letaknya, melewati rawa-rawa. Hampir sampai ternyata ada tiket masuk area, dan yang menjaga nenek2 tua yang gaya bicaranya aku ga paham sekali dan duduk agak tersembunyi sampai kita melewatinya sebelum akhirnya dipanggil u tuk membayar Rp 2000. Masuk ke Mercusuarnya sendiri dikenakan Rp 6000 buat dua orang sekaligus buat parkir.
Tinggi juga mercusuarnya. Paul malah kencing di dalam mercusuar, kemproh banget. Dari Mercusuar kita banyak sekali melihat muda-mudi kencan, malah ada yang di dalam Mercusuar. Sampai di atas, merinding banget waktu liat kebawah. Pas turunnnya rasanya lebih cepat daripada waktu naik. Total ada 17 lantai di Mercusuar tersebut. Ya begitulah Petualangan di Pulau Madura... Setelah itu kita beristirahat sejenak trus pulang menuju Surabaya. Pas di Jembatan Suramadu banyak orang foto-foto, tapi hpq lowbat ya ga jadi deh, eman. Tapi cukup menyenangkan lah...
Berpetualang dengan temanku yang satu ini, Paul membuat lidah tak hentinya tertawa. Bayangkan selama di atas Suramadu dia menyapa orang-orang yang bekerja di bawah jembatan, “Pak lek, pak lek”, panggilnya. Orang-orang tersebut menanggapinya dengan melambaikan tangan. Tambah bikin ketawa lagi. Lantas aku bilang pada Paul, “Ojo ngisin-ngisini ta...”
“Jeh, orang Indonesia itu terkenal karena keramahannya, jadi kita harus menyapa dan tersenyum.” Jawab Paul.
“Iyo Ul, tapi suwe-suwe kon jadi gendeng.” Timpalku. Tapi aku setuju juga dengan pendapat Paul.
Saat jalan menurun. Mesin sepeda kami dimatikan untuk hemat-hemat bensin gitu. Pas jalan da lurus mesin dinyalakan lagi.
Sampailah kami di Pulau Madura.
Di ujung Madura masih belum sebagus di ujung Surabaya. Masih belum terpasang lampu-lampu jalan. Bayangkan bila malam hari, bakal gelap gulita. Kami mengendarai sepeda motor dengan pelan-pelan, menikmati pemandangan alam sekitar, ada banyak orang berjualan makanan. Sawah, kebun masih terhampar luas. Terus dan terus sampai kami menemukan persimpangan jalan bila ke kiri menuju Labang. Kami tetap terus sampai menemukan persimpangan yang kedua. Kami memutuskan belok ke kiri, terus dan terus lalu ada belokkan ke kanan kita terus lagi sampai ada pertigaan, bila ke kiri menuju Kamal, k’lo terus menuju Bangkalan. Kita mencoba ke kiri tapi ga berapa lama kita balik lagi cos terasa jauh dan yang terlihat cuma sawah. Akhirnya kita ke arah Bangkalan. Inilah kota Bangkalan, tidak terlalu mewah seperti Surabaya. Gaya arsitektur kota ini menurutku hampir sama seperti kota Jogja dan Malang, sederhana. Kita mencoba mensusuri jalan di kota Bangkalan. Sampai kita akhirnya menemukan sebuah Gereja Katolik keuskupan karmel Malang kalau tidak salah. Kita penasaraan, akhirnya kita putar balik untuk memasuki Gereja itu. Apesnya kita ga tau kalau di jalan itu dilarang putar balik dan Pak Polisi udah siap-siap nilang kita. Tapi untungnya Paul berlagak bego, jadi akhirnya ya ga jadi ditilang.Jadi karena udah terlanjur malu akhirnya kita ga jadi ke Gereja itu. Kita lanjutin jalan-jalannya. Muter-muter aja, pokoknya kotanya itu kecil, jadi kita selalu menemukan jalan yang sama. Kita juga sempat dimintai uang sama bocah SD, tapi karena wajah Paul kayak Setan kecebur Got, ya bocah SD itu malah takut. Ternyata tidak hanya kita yang dimintai, orang-orang di sekitar situ juga dimintai uang, ternyata di pengemis kawan. Kita lanjutkan perjalanan, sampai akhirnya kita menemukan Museum, tapi kok sepi banget saat kita mencoba masuk area museum, akhirnya dengan lagak kayak orang bego kita balik ga kadi ke museum, tapi karena orang-orang di museum itu melihat kita, kita dipanggil-panggil, eh Paulnya malah ketakutan, padahal udah kusuruh berhenti. Tapi ga selang berapa lama kita putuskan untuk balik ke Museum itu, dan memang sepi ternyata, kita pengunjung pertama di hari itu. Dikenakan biaya Rp 1000 untujk masuk. Ternyata orang madura tidak semenakutkan yang kita duga, ramah kok. Paul aja sampai terlibat pembicaraan seru tentang Sejarah Museum yang bernama Cakraningrat itu. Aku juga ga tau darimana ia dapat pengetahuan sejarah yang begitu mendetail, aku aja da lupa. Aku berkeliling, kecil museumnya. Ada miniatur rumah Madura, senjata khas Madura, peralatan Nelayan, Gamelan, perabotan kerajaan, foto-foto.
Paul disini hampir membikin masalah lagi. Tombak yang ga boleh di ambil malah diambil dari tempatnya lalu dimain-mainin dan teng..tang..tang...., ujung tombak itu terlepas, untun penjaga museumnya ga terlalu fokus jadi ga ketahuan. Setelah itu atas rekomendasi dari penjaga museum itu kita pergi ke Mercusuar. Cukup jauh letaknya, melewati rawa-rawa. Hampir sampai ternyata ada tiket masuk area, dan yang menjaga nenek2 tua yang gaya bicaranya aku ga paham sekali dan duduk agak tersembunyi sampai kita melewatinya sebelum akhirnya dipanggil u tuk membayar Rp 2000. Masuk ke Mercusuarnya sendiri dikenakan Rp 6000 buat dua orang sekaligus buat parkir.
Tinggi juga mercusuarnya. Paul malah kencing di dalam mercusuar, kemproh banget. Dari Mercusuar kita banyak sekali melihat muda-mudi kencan, malah ada yang di dalam Mercusuar. Sampai di atas, merinding banget waktu liat kebawah. Pas turunnnya rasanya lebih cepat daripada waktu naik. Total ada 17 lantai di Mercusuar tersebut. Ya begitulah Petualangan di Pulau Madura... Setelah itu kita beristirahat sejenak trus pulang menuju Surabaya. Pas di Jembatan Suramadu banyak orang foto-foto, tapi hpq lowbat ya ga jadi deh, eman. Tapi cukup menyenangkan lah...
Langganan:
Postingan (Atom)