"Terimalah beban-Ku dan belajarlah dari pada-Ku, sebab Aku lemah lembut dan rendah hati. Alleluya."
Tadi pagi saya membaca sebuah renungan yang diambil dari Matius 18:1-5.10.12-14. Di injil ini mengisahkan tentang "Siapakah yang terbesar dalam Kerajaan Surga?" yang ditanyakan para murid kepada Yesus. "Siapakah yang terbesar" menjadi persoalan manusia sampai hari ini. Orang ingin menjadi yang terhebat, terpintar, terkenal," dan masih banyak "ter..." yang lain.
Lalu bagaimana Yesus menjawabnya. Yesus memberikan jawaban dengan menempatkan seorang anak kecil di tengah-tengah mereka. Dengan tegas Yesus mengatakan bahwa untuk dapat menjadi yang terbesar dalam Kerajaan Surga para murid harus bertobat, merendahkan diri dan menjadi seperti anak kecil (Mat 18:4).
Untuk memahami kata-kata Yesus tersebut, kita dapat melihat bagaimana kehidupan anak-anak yang sedang bermain. Ketika ada diantara mereka terjadi pertengkaran, mereka menangis. Tak lama kemudian mereka pun segera mengulurkan tangan, berdamai, dan bermain kembali sehingga dapat merasakan kegembiraan dalam bermain bersama.
Dewasa ini tantangan dalam mewujudkan persaudaraan dalam kelompok manapun adalah bagaimana kita menjadi pembawa damai manakala ada kesalahpahaman, konflik atau ketika ada rasa dendam tak berkesudahan. Namun ingat, menjadi pembawa damai harus dimulai dari diri sendiri, bagaimana kita dengan rendah hati mau berusaha untuk memaafkan sesama yang telah melukai hati kita.
Kecenderungan banyak orang adalah ingin dimaafkan dan bukan memaafkan, ingin diterima dan bukan menerima apa adanya, tinggi hati dan bukan rendah hati. Sebab itu, untuk menjadi "yang terbesar" dalam Kerajaan Surga tidak ada cara lain kecuali dengan menjadi "yang terkecil" dalam perjalanan hidup ini.
Untuk itu janganlah takut untuk menjadi seperti anak kecil. Jangan takut dianggap lemah dan tak berdaya karena kita ada dalam lindungan-Nya.
We can do, sure...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar